Sabar itu
mulia, dan pelakunya akan dimuliakan oleh Allah. Kata sabar dalam Al-Qur’an
disebut lebih dari tujuh puluh kali.
“Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Q.S. az-Zumar
: 10)
Ujung dari semua kesabaran itu tak
lain adalah hanya untuk mencari ridha Allah semata. Tentang hal ini, Allah
berfirman,
“Orang-orang itulah yang mendapat
kesudahan yang baik, yaitu surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama
dengan orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istrinya-istrinya dan anak
cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat mereka dari semua pintu
(sambil mengucapkan) ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum’ (keselamatan atasmu
berkat kesabaranmu). Maka alangkah baiknya tempat keindahan itu.” (Q.S.
ar-Ra’d : 22-24)
Ada sebuah kisah menarik tentang
buah kesabaran. Sebuah kisah dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas
berkata kepadaku, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”
Aku menjawab, “Ya”
Ia berkata, “Wanita hitam itulah
yang datang kepada Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita
penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh).
Doakanlah untukku agar Allah menyembuhkannya.’
Rasulullah
berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surge, dan jika engkau
mau, aku akan mendoakanmu agar Allah menyembuhkanmu.’
Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.' Lalu ia
melanjutkan perkataanya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka,
doakanlah agar auratku tidak tersingkap. ‘Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Betapa rindunya hati kita kepada
surga-Nya yang begitu indah. Yang luasnya seluas langit dan bumi. Betapa
besarnya harapan ini untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Dan Subhanallah!
Ada seorang wanita yang berhasil meraih kedudukan mulia tersebut. Bahkan ia
dipersaksikan sebagai salah seorang penghuni surga di kala napasnya masih
dihembuskan. Sedangkan jantungnya masih berdetak. Kakinya pun masih menapak di permukaan
bumi.
Wanita hitam dalam kisah itu, yang
mungkin tidak ada harganyadalam pandangan masyarakat. Akan tetapi, ia memiliki
kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-Nya. Inilah bukti bahwa
kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Kecuali
kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor syar’i, yaitu yang hanya
diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang hala baginya.
Kecantikan iman yang terpancar dari
hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan
ketakwaanya, keimanannya, keindahan akhlaknya, amalan-amalan sholehnya, seorang
wanita yang buruk rupa di mata manusia pun akan menjelma menjadi secantik
bidadari surga.
Bagaimanakah dengan wanita zaman
sekarang yang sibuk memakai kosmetik ini-itu demi mendapatkan kulit yang putih
tetapi enggan memutihkan hatinya.??? Mereka begitu khawatir akan segala hal
yang bisa merusak kecantikannya, tetapi tidak khawatir bila iman dan hatinya
yang bersih ternoda oleh noda-noda hitan kemaksiatan – semoga Allah memberi
mereka petunjuk-.
Kecantikan fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan
fisik yang justru mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka
saudariku, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau rendah diri. Syukurilah
sebagai nikmat Allah yang sangat
berharga. Cantikkanlah imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.
Wanita hitam itu menderita penyakit
ayan sehingga ia datang kepada Rasulullah saw. dan meminta beliau agar berdoa
kepada Allah untuk menyembuhkannya. Seorang muslim boleh berusaha demi
kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak
melanggar syariat. Salah satunya adalah dengan doa. Baik doa yang dipanjatkan
sendiri, maupun meminta didoakan orang sholeh yang masih hidup. Dan dalam hal
ini, Rasulullah saw. memiliki keistimewaan berupa doa-doanya yang dikabulkan
oleh Allah.
Wanita itu berkata, “Aku menderita
penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). doakanlah
untukku agar Allah menyembuhkannya.”
Tentu saja, penyakit ayan bukanlah
penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita oleh wanita. Betapa besar
rasa malu yang sering ditanggung para penderita penyakit ayan karena banyak
anggota masyarakat yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang
menjijikkan.
Tapi, lihatlah perkatannya. Apakah
engkau lihat satu kata saja yang menunjukkan bahwa ia benci terhadap takdir
yang menimpanya? Apakah ia mengeluhkan betapa menderitanya ia? Betapa malunya
ia karena menderita penyakit ayan? Tidak!!! bukan itu yang ia keluhkan. Justru
ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat penyakitnya kambuh.
Subhanallah. Ia adalah
seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu betul
akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha melaksanakannya
meski dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita shalihah, calon
penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa berusaha menjaga
kehormatannya dengan menutup auratnya.
Bagaimana dengan wanita zaman
sekarang yang di saat sehat pun dengan rela hati mau membuka auratnya? ‘Na
udzu billah himin dzalik’
Dalam hadis di atas terdapat pula
dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran merupakan salah satu sebab seseorang
masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika
engkau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan
mendoakanmu agar Allah menyembuhkanmu.” Wanita itu menjawab, “Aku pilih
bersabar.”
Wanita itu lebih memilih bersabar
walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa menjadi penghuni surga. Salah
satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh wanita itu lagi, bersabar
menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik.
Terkadang seorang hamba tidak mampu
mencapai kedudukan-kedudukan mulia di sisi Allah dengan seluruh amalan
perbuatannya. Maka, Allah akan terus memberikan cobaan kepada hamba tersebut
dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian Allah memberi kesabaran
kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga, dengan kesabarannya dalam
menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan mulia yang sebelumnya ia tidak
dapat mencapainya dengan amalannya,
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, “jika datang suatu kedudukan mulia dari Allah untuk sseorang
hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan
memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anak-anaknya, lalu Allah
akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya.” (HR.
Imam Ahmad)
Maka, saat cobaan menimpa,
berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan kesabaran kita dalam
menghadapi cobaan Allah akan mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita ke
kedudukan mulia di sisi-Nya.
“TAMAT”